Refleksi di Hari Guru : Menjadi Guru untuk Diri Sendiri
Oleh :
Abdul Latif, S.Pd.I
(Guru Pendidikan Agama Islam SDN 2 Craken)
Menjadi seorang guru adalah sebuah pilihan hidup. Saya boleh mengatakan demikian karena betapa tidak mudahnya memilih profesi sebagai seorang guru. Profesi mulia yang tidak semua orang mau dan mampu menjalaninya. Menjadi seorang guru tidak hanya bermodal niat saja, tetapi butuh berjuta modal lain yang harusnya dimiliki seseorang untuk menghantarkannya menjadi seorang guru. Mulai dari kemampuan berfikir hingga kemampuan bersikap, harus dimiliki seorang guru supaya ia benar-benar siap untuk menjadi guru yang kredibel. Apalagi sekarang ini seorang guru dituntut untuk menjadi 'orang yang serba bisa', mengingat persoalan pendidikan yang semakin kompleks.
Banyak hal yang dapat saya rasakan dari apa yang saya alami selama ini. Profesi guru itu melekat dalam 24 jam. Tidak terbatas ruang dan waktu. Ia tidak hanya menjadi 'teman' belajar anak ketika berada di sekolah. Tapi juga harus siap menjadi teman bagi seorang murid dimanapun ia berada. Sehingga ia harus rela waktunya dihabiskan untuk anak-anak, muridnya.
Saya mengatakan bahwa menjadi guru itu adalah teman bagi seorang murid. Teman yang menyenangkan. Sehingga murid akan nyaman ketika dekat dengan kita, serasa nyaman ketika dekat dengan temannya. Bahkan pada saat-saat tertentu seorang guru harus siap menjadi anak-anak. Bermain dan berbaur dengan anak-anak seperti layaknya mereka.
Guru adalah sosok penting dalam membimbing muridnya menjadi manusia dewasa dan berperan aktif dalam membangun peradaban Bangsa ini. Tugas seorang guru adalah mencoba menerangkan kegelapan yang ada, memberi pengetahuan kepada muridnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh banyak kalangan bahwa guru hadir untuk menyingkap tabir gelap para muridnya dengan ilmu dan kepribadiannya. Jika melihat tujuan pendidikan nasional saat ini maka guru menjadi sosok utama dalam mewujudkan tujuan tersebut.
Yang lebih penting lagi, seorang guru harus mampu menjadi teladan bagi muridnya. Guru bagaikan cermin. Sehingga karakter baik dalam diri seorang guru akan menjadi cerminan sikap bagi murid-muridnya. Maka menjadi guru itu hendaknya harus memiliki sikap yang selalu baik. Bisa dikatakan bahwa, walaupun pada hakikatnya di dunia ini tidak ada orang yang tidak mungkin terlepas dari sebuah kesalahan, namun seorang guru itu adalah orang yang tidak boleh memiliki kesalahan. Walaupun sebenarnya tidak ada orang yang sempurna namun seorang guru harus 'sempurna' di mata murid-muridnya. Karena ia adalah contoh. Jika contohnya baik, maka yang mencontoh pun akan menjadi baik. Pun sebaliknya, jika contohnya tidak baik maka yang mencontoh pun tidak akan menjadi baik. Guru harus menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Jangan sampai kalimat 'guru kencing berdiri murid kencing berlari', itu menjadi kenyataan.
Inilah kompleksitas yang harus dimiliki seorang guru. Selain kemampuan intelektualitas, seorang guru juga wajib hukumnya memiliki karakter yang baik dan kepribadian yang luhur. Sebab ia akan menjadi contoh bagi murid-muridnya. Maka sebelum kita berniat menjadi guru bagi murid walaupun sebenarnya kita memiliki kemampuan intelektual, terlebih dahulu yang dilakukan adalah melihat dan mengukur diri. Bagaimana kondisi karakter pribadi kita masing-masing. Menjadi seorang guru, layak atau tidak?
Maka ketika merasa belum layak, baiknya kita menjadi guru untuk diri sendiri dulu sebelum menjadi guru untuk murid kita. Selamat Hari Guru Nasional!
Tags : Opini